Home / Berita / Cegah Anemia Lewat Camilan Cokelat : Karya Mahasiswa FEB Unila Sabet Juara 1 Terfavorit Lomba Bisnis Plan Nasional

Cegah Anemia Lewat Camilan Cokelat : Karya Mahasiswa FEB Unila Sabet Juara 1 Terfavorit Lomba Bisnis Plan Nasional

FEB Unila — Mengangkat isu kesehatan terkait tingginya angka anemia di Indonesia, Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Unila berhasil memborong dua penghargaan sekaligus dalam ajang Business Plan Competition (BPC) tingkat nasional yang diselenggarakan di Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo, Semarang, pada 23-24 Oktober 2025.

Tim yang seluruhnya berasal dari FEB Unila ini terdiri dari Shilla Fatonah (S1 Akuntansi 2023), Fariz Faturrahman (S1 Akuntansi 2024), dan Jhoya Selviyani Putri (D3 Manajemen Pemasaran 2024). Mereka sukses meraih predikat Juara 1 sekaligus Karya Terfavorit dalam kompetisi tersebut.

Kompetisi BPC ini merupakan salah satu cabang lomba utama dalam event Cooperative Ignite Festival (C.I.F) 2025. Ajang ini diselenggarakan oleh Koperasi Mahasiswa (Kopma) UIN Walisongo sebagai bagian dari perayaan ulang tahun mereka dan berfokus pada isu-isu Sustainable Development Goals (SDGs).

Perjalanan tim dimulai dari informasi open recruitment delegasi yang diadakan oleh Kopma Unila. Menariknya, mereka mendaftar secara individu tanpa mengetahui siapa yang akan menjadi rekan satu tim mereka.

“Awal tahu karena Kopma Unila open delegasi untuk lomba C.I.F Uin Walisongo. Kita daftar tapi ngga tahu bakalan setim sama siapa, karena kita daftar individu lalu dibuatkan tim oleh Kopma Unila,” ungkap Shilla.

Dalam kompetisi ini, tim mengusung inovasi di bidang kesehatan dan pangan. Mereka merancang produk camilan untuk mengatasi masalah anemia yang masih tinggi di Indonesia, dengan memanfaatkan bahan-bahan lokal.

“Jadi kami mengangkat isu terkait penyakit anemia yang cukup tinggi di Indonesia, dan kami buat produk cemilan pencegah anemia yang terbuat dari cokelat, ekstrak daun kelor dan daun bayam,” jelas Shilla mengenai gagasan mereka.

Proses menuju juara diakui tidak mudah. Tantangan terbesar adalah manajemen waktu, sebab persiapan hingga pengumpulan karya hanya diberi waktu dua minggu dan bertepatan dengan jadwal Ujian Tengah Semester (UTS).

“Mungkin untuk tantangan terbesar adalah bagi waktu antara belajar untuk UTS karena timeline-nya barengan, dan harus nyicil persiapan untuk lomba. Cara kami mengatasi biasanya lebih ke banyak ngobrol bercandaan, dan bagi joblist sehingga progresnya cepet,” kenang Shilla.

Perasaan haru dan tidak percaya menyelimuti tim, terutama saat diumumkan lolos ke 3 besar dan harus berangkat ke Semarang untuk presentasi final secara luring.

“Awalnya kaget pas tau kalau ternyata pengumuman masuk 3 besar dan harus offline di Semarang. Dan alhamdulillahnya ternyata dikasih kepercayaan untuk dapet juara 1 dan karya ter favorite, ngga nyangka dan terharu pastinya,” ujarnya.

Melalui pencapaian ini, tim berharap dapat memantik semangat mahasiswa lainnya untuk berani mencoba. Menurut mereka, kunci utama adalah konsistensi dan berani mengambil tanggung jawab.

“Harapannya semoga lebih banyak lagi mahasiswa/i yang mau untuk melawan rasa takutnya, karena ngga semenakutkan itu kalau udah di cobain. Dan pesannya jangan pernah takut gagal, karena kegagalan salah satu tangga untuk menuju hal-hal luar biasa diluar sana,” pungkasnya. (Magang_M Ghatan Dinata)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *